Mengenal Sosok RA Kartini
Raden Adjeng Kartini adalah nama yang harum dalam perjuangan kesetaraan gender di Indonesia, khususnya dalam perjuangan kaum perempuan, yang dikenal dengan istilah emansipasi. Kartini adalah tokoh ibu bangsa yang memiliki keberanian dalam memperjuangkan hak-hak perempuan pada masa Hindia-Belanda. Keresahannya terhadap kondisi perempuan lahir, karena melihat kehidupannya sebagai perempuan keturunan priyai Jawa, dan kehidupan perempuan pribumi pada masa kolonial. Ia menentang kedudukan perempuan yang tidak setara dengan laki-laki pada saat itu, menurutnya perempuan juga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, karena darinya akan tumbuh generasi yang hebat.
Melalui surat-suratnya; Kartini menyuarakan gerakannya terhadap pembebasan perempuan untuk kesetaraan, yang kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, dari buku tersebutlah generasi setelahnya mempelajari dan meneruskan perjuangan-perjuanganya.
Kegemarannya dalam membaca buku membawa Kartini tumbuh menjadi pribadi yang kritis. Buku-buku perjuangan, karya perempuan-perempuan Eropa membantu Kartini dalam membentuk paradigma berpikirnya, dan ia semakin menyadari bahwa perempuan bangsanya jauh tertinggal. Dengan tekad yang kuat, Kartini kemudian memberanikan diri untuk membangun sekolah khusus perempuan di kampung halamannya, di Jepara.
Di sana, Kartini melatih perempuan belajar menjahit, memasak, menyulam dan sebagainya. Ia ingin memajukan bangsanya dari kebodohan, karena ia merasakan bagaimana mirisnya saat itu—ia diperbolehkan sekolah hanya sampai jenjang Sekolah Dasar (Europese Lagere School). Sedangkan teman-teman kampungnya, tidak memiliki previlage untuk dapat mengenyam pendidikan, karena hanya dari keturunan rakyat biasa.
Dengan keberanian dan tekadnya untuk mencerdaskan generasi bangsa, Kartini kemudian mengirimkan surat kepada pemerintah Hindia-Belanda, agar ia dapat melanjutkan pendidikan sekolah guru di Belanda. Beasiswa yang diajukannya telah di setujui oleh pemerintah saat itu. Namun hal tersebut mendapatkan pertentangan dari keluarganya, alih-alih untuk menahan Kartini melanjutkan sekolahnya, orang tuanya kemudian menikahkannya dengan seorang Bupati Rembang bernama Raden Adipati Joyodiningrat.
Ternyata menikah bukanlah halangan untuk Kartini dalam mencapai cita-citanya, setelah menikah ia mendapatkan dukungan dari suaminya untuk melanjutkan tujuan mulianya. Ia mendirikan sekolah di Rembang, yang kemudian memantik semangat di daerah lain. Mereka meneruskan perjuangan Kartini membangun pendidikan bagi perempuan, demi terciptanya generasi bangsa yang cerdas.
Kartini meninggal pada usianya yang masih sangat muda, namun perjuangannya terhadap emansipasi perempuan abadi, ia dikenang sebagai pahlawan perempuan yang memperjuangkan pendidikan bagi bangsanya, khususnya kaum perempuan. Dan darinya kita mengenal hidup dalam kesetaraan. Kartini adalah satu dari sekian banyak pejuang perempuan di Indonesia, yang memiliki nilai-nilai perjuangan luar biasa yang patut untuk kita lanjutkan.
Hari ini kedudukan perempuan sudah jauh lebih baik dan mendapatkan peran yang setara, mendapatkan pendidikan yang layak, memiliki hak dalam mengambil keputusan, memiliki otoritas dalam memilih hidupnya, memiliki ruang untuk bekerja, dan lain sebagainya. Walaupun dalam perjalanannya, masih terdapat beberapa ketimpangan dan stigma yang masih perlu untuk diperjuangkan bersama. Tapi semangat Kartini, dan pejuang perempuan seperti Cut Nya’ Dhien, Dewi Sartika, Christina Martha Tiahahu, dan lainya tidak boleh padam, akan terus hidup di jiwa perempuan Indonesia.
Posting Komentar
0Komentar